JellyPages.com

Minggu, 24 Juli 2016

28 Mei 2016



Saya bersaksi bahwa Solo adalah kota yang tak pernah tidur. Sebagai pembuktian, saya melakukan aksi begadangan dengan teman-teman di salah satu hek di Jl. Slamet Riyadi tepatnya dekat AM-PM Cafe n’ Resto.
Saat malam tiba, nampaklah wajah Solo yang sebenarnya. Jahat, lembut, kasar, penuh kasih, terpaksa, terlanjur. Merupakan sederet romansa yang mneyelimuti langit malam kota berseri.
Sepanjang malam aku habiskan untuk berbincang, berdiskusi segala hal –termasuk guyonan-guyonan ringan sebagai penyedap perbincangan kami saat itu-. Bertemankan secangkir kopi yang lama-lama mendingin karena tak segera disruput. (^_^)
Terpaan angin malam, membuatku menjaring banyak inspirasi penuh hikmah. Pada saat yang sama, aku melihat satu kejadian cukup mengerikan yang berhasil membuatku berteriak hebat karena mendengar suara, “ciiiittt …. Bruuuuggg …. Sreeeeeettt,”. Aku serta merta meneriakkan kalimat istighfar sambil tak lupa menutup telingan dan memejamkan mata.
“Sungguh tak ada yang bisa menghindar dari maut, sekalipun ia bersembunyi dilubang semut.”
Semua berhamburan menuju muasal suara, pengunjung café, pejalan kaki, penjual hek, tak terkecuali teman-temanku. Suasana jalanan pun berubah hening, kendaraan berhenti. Semua mengerumuni seorang pemuda yang tergeletak pasrah dibawah temaramnya lampu kota. Ya, dialah yang menjadi korban kecelakaan itu.
Awalnya ignin menyalip kendaraan yang ada didepannya, tapi malangnya ban sepeda motornya “nyelip” ke rel kereta yang melintang dijalan. Oleng. Menyenggol kendaraan lain dan saking banternya , iapun terjatuh ke jalan yang berlawanan. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, motornya sudah rusak parah wajahnya pun juga masih harus terluka. Tapi ia beruntung, Tuhan tak sedang menginginkannya untuk segara pulang. Mungkin saja ini adalah bentuk kasih-Nya yang mewujud dalam sebuah teguran. Agar si pemuda itu lebih hati-hati  dan bagi semua yang masih bergumul dengan malam. Yang seharusnya, malam menjadi saat-saat iindah untuk bermunajat bukan untuk melakukan hal yang sia-sia.
Mau dikata “kehidupan malam itu jahat” memang benar. Tapi disisi lain, sejahat-jahatnya kehidupan malam tetap mampu membuat hati-hati para penongkrong tergugah. Bahwa kemanusiaan, tolong-menolong tetaplah menjadi yang utama.

#solopunyacerita #solomalam

3 komentar:

  1. kita belum pernah foto berempat bang :-D juga kemarin itu gak sempet jeprat-jepret ,, maklum hp masih layar kuning hohoho

    BalasHapus