Kejernihan atau kekotoran hati manusia akan tampak saat ia
dihadapkan dengan berbagai kritik, celaan bahkan gunjingan. Sebab manusia
sejatinya diciptakan dengan berbabagi karakter.
Orang yang kotor hatinya, seketika akan turun kepercayaan diri dan
semangatnya saat mendengar banyak kritikan menghujani dirinya. Ia menjadi tidak
siap apabila dihadapka dengan kondisi seperti itu. Lain halnya dengan orang
yang tinggi akhlak dan jernih hatinya, ia tidak akan mempermasalahkan perkataan
dari orang lain tapi malah menikmatinya layaknya hidangan lezat. Ia sadar bahwa
tidak semua orang baik itu tidak memiliki salah dan tidak semua orang buruk
tidak memiliki kebaikan. Toh didunia ini ia tidak hidup sendiri. Dan semua yang
terjadi tidak luput dari izin Allah.
Jika kita mau berpikir terbuka, tersimpah hikmah yang mendalam
didalamnya. Itu merupakan suatu bukti dari Allaah kalau Dia menyayangi kita.
Makanya, Dia bukakan aib kita lewat perantara orang lain. Terkadang lewat
nasihat yang halus, adakalanya dalam obrolan bahkan guyonan dengan teman.
Tetapi bisa juga dengan cacian yang kejam, pedas dan menyakitkan. Hal itu pun dapat berasal dari siapa saja,
orang tua, guru, ulama’, sahabat, adik, tetangga atau musuh. Tujuannya agar
kita mau berbenah diri dan menempatkan diri. Dan patut kita sadar, ternyata
mereka adalah “guru” yang mengajarkan kepada kita tentang keikhlasan, kesabaran
dan ketawadhu’an.
Ingatlah pesan dari Sayyidina Ali ra., “Lihatlah apa yang
dibicarakan, dan jangan lihat siapa yang berbicara.” Alangkah baiknya jika
kita mencerna lebih dulu apa yang orang lain bicarakan, tidak malah ditelan
mentah. Ingat juga dengan kalam-Nya, “Kebenaran itu datangnya dari Rabb-mu,
maka dari itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali Imron
: 147). Yang baik diambil, yang buruk dibuang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar