JellyPages.com

Selasa, 26 Juli 2016

“SABTU BERSAMA BAPAK”



Pertama kali aku nonton film di bioskop dengan harus merogoh kocek sebesar 35 ribu/kursi, tapi lupa tanggal berapa yaa??? Hehehe Tak mengapa, Alhamdulillah film yang ditonton tidak mengecewakan malah banyak hikmah didalamnya.
Menceritakan tentang seorang ayah beranak 2 yang terjangkit penyakit kanker. Karena penyakit itu juga yang membuat si ayah akhirnya tidak bisa mengantar anak-anaknya sampai puncak kesuksesan. Bahkan ketika anak-anaknya menikahpun, ia tak jua bisa menyaksikan prosesi sakral tersebut. Namun bagi 2 anak tersebut, abapak selalu ada dihati mereka, disamping mereka. Yang akan selalu memberikan teladan dan nasehat yang baik.
Satu hal yang ayah itu lakukan sebelum pergi selama-lamanya adalah dengan membuat rekaman hingga puluhan kaset agar ia nampak menemani mereka, setiap saat. Dan uniknya,oleh sang ibu kaset-kaset itu akan diperdengarkan kepeda mereka hanya setiap hari sabtu. Oleh karena itu, film ini diberi judul “Sabtu Bersama Bapak”.
Rekaman itu berisi nasehat-nasehat seputar kehidupan. Tentang bagaimana kehidupan atau masa depan itu memang perlu direncanakan tapi jangan sampai melupakan masa sekarang. Sekarang kamu hidup bersama siapa dan memiliki tugas apa.

Minggu, 24 Juli 2016

28 Mei 2016



Saya bersaksi bahwa Solo adalah kota yang tak pernah tidur. Sebagai pembuktian, saya melakukan aksi begadangan dengan teman-teman di salah satu hek di Jl. Slamet Riyadi tepatnya dekat AM-PM Cafe n’ Resto.
Saat malam tiba, nampaklah wajah Solo yang sebenarnya. Jahat, lembut, kasar, penuh kasih, terpaksa, terlanjur. Merupakan sederet romansa yang mneyelimuti langit malam kota berseri.
Sepanjang malam aku habiskan untuk berbincang, berdiskusi segala hal –termasuk guyonan-guyonan ringan sebagai penyedap perbincangan kami saat itu-. Bertemankan secangkir kopi yang lama-lama mendingin karena tak segera disruput. (^_^)
Terpaan angin malam, membuatku menjaring banyak inspirasi penuh hikmah. Pada saat yang sama, aku melihat satu kejadian cukup mengerikan yang berhasil membuatku berteriak hebat karena mendengar suara, “ciiiittt …. Bruuuuggg …. Sreeeeeettt,”. Aku serta merta meneriakkan kalimat istighfar sambil tak lupa menutup telingan dan memejamkan mata.
“Sungguh tak ada yang bisa menghindar dari maut, sekalipun ia bersembunyi dilubang semut.”
Semua berhamburan menuju muasal suara, pengunjung café, pejalan kaki, penjual hek, tak terkecuali teman-temanku. Suasana jalanan pun berubah hening, kendaraan berhenti. Semua mengerumuni seorang pemuda yang tergeletak pasrah dibawah temaramnya lampu kota. Ya, dialah yang menjadi korban kecelakaan itu.
Awalnya ignin menyalip kendaraan yang ada didepannya, tapi malangnya ban sepeda motornya “nyelip” ke rel kereta yang melintang dijalan. Oleng. Menyenggol kendaraan lain dan saking banternya , iapun terjatuh ke jalan yang berlawanan. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, motornya sudah rusak parah wajahnya pun juga masih harus terluka. Tapi ia beruntung, Tuhan tak sedang menginginkannya untuk segara pulang. Mungkin saja ini adalah bentuk kasih-Nya yang mewujud dalam sebuah teguran. Agar si pemuda itu lebih hati-hati  dan bagi semua yang masih bergumul dengan malam. Yang seharusnya, malam menjadi saat-saat iindah untuk bermunajat bukan untuk melakukan hal yang sia-sia.
Mau dikata “kehidupan malam itu jahat” memang benar. Tapi disisi lain, sejahat-jahatnya kehidupan malam tetap mampu membuat hati-hati para penongkrong tergugah. Bahwa kemanusiaan, tolong-menolong tetaplah menjadi yang utama.

#solopunyacerita #solomalam

Jangan Baper yaaaa ... ^_^

"Duh, dari bulan kemarin, bulan ini sampai bulan besok ada aja yang nikahan frown emotikon entah itu tetangga, saudara bahkan teman sekamar dulu, trus aku kapaaaaaannnn frown emotikon" (lari sambil benerin konde, *eh hehehe)
Dear ...
Segera dipupus deh tu rasa baper,,, tenangin diri dengan banyak tilawah, sholawat, nyunnahnya jangan kelupaan yaaaii wink emotikon Insya Allaah bablas angine *eh Insya Allaah tenang deh hatinya
Apalagi ini udah masuk hari pertama Ramadhan hlo dear... masih jaman baper-baperan?? udah gak kalik tongue emotikon
Ingat ... selama nyawa masih dikandung badan, berarti kita masih punya cukup waktu untuk memperbaiki dan memantaskan diri untuk dipanggil dengan "hamba-Ku" sehingga kita akhirnya didekatkan dengannya, sang calon imam yang masih sembunyi di balik pohon *eh smile emotikon Allaah pun nanti akan berkata, "Hamba-Ku yang lembut nan suci hatinya, itu hlo calon imammu. Dekati dia dengan keimanan yang utuh kepada-Ku ya, maka Aku akan selalu membersamai kalian," Nah hlo ... Allaah aja bisa romantis sama hamba-Nya wink emotikon
Kalau kita sudah siap dengan amanah dan tanggung jawab itu, Insya Allaah jodoh pun di dekatkan. Gak usah deh takut gak laku, makanya isi waktu penantian kalian dengan hal-hal yang manfaat agar bernilai ibadah juga. Ibarat sekali dayung, 2 pulau terlampaui : nunggu jadi ibadah, dapet jodoh sholih pula smile emotikon
Dari sahabat yang selalu mencintaimu : Nadhilla Cahyaning Putri Pembayun (Annisa El Muna)

Kamis, 21 Juli 2016

Manusia Bertubuh Besar yang Kejam



Pada masa jahiliyah, sebelum Islam datang, bangsa Arab terkenal dengan kebiadaban, kekejaman dan kejahiliyahannya. Dalam suatu kisah diceritakan tentang salah seorang pria yang pada masa itu sangat menonjol kekejaman dan kejahiliyahannya. Ia bertubuh besar dan suka berjudi.
Suatu hari, ia melakukan perjalanan bersama teman-temannya. Di tengah jalan mereka melihat seorang perempuan yang sedang hamil. Pria tersebut lalu mengajak teman-temannya untuk taruhan, apakah perempuan itu mengandung anak laki-laki atau perempuan. Untuk membuktikan hasilnya, pria itu dengan santai merobek perut si perempuan hamil tersebut.
Dalam kisah lain diceritakan, ia minum arak dengan batok kepala manusia sebagai cawannya. Saking kejamnya, pria itu dikenal di setiap penjuru dan sangat ditakuti.
Suatu saat, istrinya yang tengah hamil melahirkan seorang anak perempuan. Malangnya,  pada saat itu, masyarakatnya merasa hina jika mempunyai anak perempuan. Sehingga, fakta tentang anak perempuan itu disembunyikan oleh si istri. Oleh ibunya, anak itu dikenakan pakaian layaknya anak laki-laki. Banggalah si pria bertubuh besar itu.
Saat anaknya mulai beranjak remaja, pria itu mengajak anaknya berburu. Ketika berburu, sang anak minta izin untuk buang air kecil. Si pria akhirnya mengetahui yang sebenarnya bahwa anaknya adalah perempuan. Pria itu geram dan seketika menggali lubang. Sesekali, anaknya disuruh melihat kedalamannya. Menggali dan menggali lagi. Hingga kedalamannya dirasa cukup, si anak yang tidak tahu tentang maksud ayahnya mau saja disuruh masuk dan dikuburlah ia hidup-hidup.
Siapakah pria sekejam ini?
Pria ini adalah Umar bin Khattab di masa jahiliyah.
Lelaki yang awalnya terkenal sangat menakutkan ini, setelah masuk Islam dikenal dengan pribadi yang penyayang, santun, peduli, mengayomi, berwibawa, adil dan tegas, tersebutlah ia dengan julukan Al-Faruq (pembeda).
Setelah mendapat hidayah, ia berusaha memperbaiki segala kesalahannya. Ia datangi semua tempat yang pernah ia lakukan kejahatan disana dan mengubahnya menjadi tempat yang penuh dengan kedamaian, kebaikan. Ia temui setiap orang yang pernah dibuatnya menderita kala itu dengan berusaha membayar seluruh kesalahannya dengan kebaikan. Hampir setiap hari ia menangis mengenang kejahiliyahannya dan berusaha memperbaiki diri.
Setelah Rasulullah SAW. dan Abu Bakar wafat, Umar bin Khattab diangkat sebagai khalifah yang kedua. Kepemimpinannya tercatat dalam sejarah sebagai kepemimpinan yang paling maju dan menakjubkan. Meskipun berkuasa, ia hidup dengan sangat sederhana. Setiap malam, ia berkeliling negeri untuk melihat bagaimana kehidupan rakyatnya. Saat sampai di depan pintu rumah salah satu rakyatnya, ia mendengar suara tangis anak kecil di dalamnya. Anak itu terdengar merengek meminta makanan kepada ibunya. Tapi tidak kunjung diberi, sampai suara tangis anak itu memekik di tengah malam. Mendengar suara itu, Umar terhenyak. Merasa bersalah karena ada rakyatnya yang kelaparan. Sebagai bentuk permintaan maaf, Umar rela menggotong sendiri karung makanan ke rumah miskin itu. Sekian.

Menikmati Kritikan



Kejernihan atau kekotoran hati manusia akan tampak saat ia dihadapkan dengan berbagai kritik, celaan bahkan gunjingan. Sebab manusia sejatinya diciptakan dengan berbabagi karakter.
Orang yang kotor hatinya, seketika akan turun kepercayaan diri dan semangatnya saat mendengar banyak kritikan menghujani dirinya. Ia menjadi tidak siap apabila dihadapka dengan kondisi seperti itu. Lain halnya dengan orang yang tinggi akhlak dan jernih hatinya, ia tidak akan mempermasalahkan perkataan dari orang lain tapi malah menikmatinya layaknya hidangan lezat. Ia sadar bahwa tidak semua orang baik itu tidak memiliki salah dan tidak semua orang buruk tidak memiliki kebaikan. Toh didunia ini ia tidak hidup sendiri. Dan semua yang terjadi tidak luput dari izin Allah.
Jika kita mau berpikir terbuka, tersimpah hikmah yang mendalam didalamnya. Itu merupakan suatu bukti dari Allaah kalau Dia menyayangi kita. Makanya, Dia bukakan aib kita lewat perantara orang lain. Terkadang lewat nasihat yang halus, adakalanya dalam obrolan bahkan guyonan dengan teman. Tetapi bisa juga dengan cacian yang kejam, pedas dan menyakitkan.  Hal itu pun dapat berasal dari siapa saja, orang tua, guru, ulama’, sahabat, adik, tetangga atau musuh. Tujuannya agar kita mau berbenah diri dan menempatkan diri. Dan patut kita sadar, ternyata mereka adalah “guru” yang mengajarkan kepada kita tentang keikhlasan, kesabaran dan ketawadhu’an.
Ingatlah pesan dari Sayyidina Ali ra., “Lihatlah apa yang dibicarakan, dan jangan lihat siapa yang berbicara.” Alangkah baiknya jika kita mencerna lebih dulu apa yang orang lain bicarakan, tidak malah ditelan mentah. Ingat juga dengan kalam-Nya, “Kebenaran itu datangnya dari Rabb-mu, maka dari itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali Imron : 147). Yang baik diambil, yang buruk dibuang.

Jalan Hijrah



Sahabat …
Siapa bilang setiap manusia tak perlu berhijrah ? Sejatinya setiap kita itu perlu berhjrah. Bukan hanya sekedar rasa dan pikiran, tapi terlebih pada sudah seberapa kita mengumpulkan bekal untuk ke akhirat nanti. Tidak melulu tentang seberapa banyak ucapan selamat untuk kita. Tak melulu sudah berapa banyak harta duniawi kita. Tak melulu tentang sudah berapa banyak pujian untuk kita. Karena kesemuanya itu tak akan abadi. Tak akan.
Jika kita mau berfikir sebaliknya, sudah berapa banyak waktu kita yang terbuang sia-sia  hanya untuk perkara yang tidak pasti dan cenderung fana. Harusnya kita gunakan waktu tersebut untuk yang bermanfaat, memperbaiki diri, memperbaiki diri dan memperbaiki diri. Karena kita tak akan pernah berjeda dengan yang namanya salah dan khilaf.
Namun dalam berhijrah, setiap kita punya jalan hijrah dan cara hijrah masing-masing. Yang setiap jalan dan cara tersebut juga mempunyai kualitas yang berbeda-beda. Dan cara-cara tersebut yang senantiasa menemani kita dalam perjalanan menjemput hidayah-Nya. Tentram, menentramkan.
Semangat berhijrah yang berkualitas sahabat-sahabatku …
Ya Allaah … Tunjukkan kepada kami mana yang haq dan bathil
Ya Allaah … Perkuat aqidah dan iman kami
Ya Allaah … Bimbing kami agar tak menyalahi syari’at-Mu