JellyPages.com

Kamis, 05 November 2015

Menggugat Bukti Janji Dalam Orasi



Selamat malam ... Pekat kelam ...
Pada waktumu ijinkan aku menyusun kalam
Sebagai perwujudan rasa
yang tak mampu digenggam
Pagi tadi
Embun turun beruntun menyapa mentari
Serupa hamba yang tulus mengabdi pada Penciptanya
Namun hari teramat panjang
Hingga pesona senja tak kunjung mengembang
Dan pada siang yang menyengat
Ku temukan serangkai tutur tentang negeriku
Tentang nasib rakyat yang tersayat
Di puncak-puncak gedung itu
Ada gemerlap kesenangan yang menggoda
Sedang di lorong-lorong jalan
Tiap jiwa jelata memikul deritanya masing-masing
“Aduhai pemimpin yang berdasi, daripada kau muntab dalam ruang debat, ada baiknya kau perhatikan kami saja. Kami menunggu pembuktian dari deklarasi yang pernah kau gemborkan dalam orasi-orasimu !” ujar kakek tua penjual Koran
Aku tertawan dalam diam
Tertegun dalam tafakkur
Menelusuri hakikat kepemimpinan
Apa mereka lupa dengan Indonesia, khususnya pada rakyat?
Aku rasa tidak
Lihat saja, mereka masih memperbincangkan tentang Indonesia maju, peningkatan sumber daya manusia, hubungan internasional, pemanfaatan sumber daya alam
Lalu, apa yang salah ?
Ah, dasar sifat manusia
Esensi manusia tempat lepat dan lupa
Seringkali jauh dari ingatan untuk dikaji
Mereka rakyat jelata menginginkan realisasi atas orasi
Bukan sekedar kata yang terangkum dalam kalimat bernafas janji
Atau mungkin ini hanya isyarat
Dari penafsiran yang belum tuntas
Bahwa deklarasi bukan menujukkan kekuatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar