JellyPages.com

Senin, 20 April 2015

Menelisik Pendidikan Akhlak pada Anak



“Belajar disaat kecil bagaikan mengukir diatas batu”
Begitulah peribahasa yang sering kita dengar sebagai penyemangat para orang tua dalam mendidik putra-putrinya, saat usia mereka masih kecil. Ya, masih kecil atau usia dini merupakan waktu emas untuk memberikan pendidikan akhlak kepada mereka.
Diantara alasan mendidik anak saat usia emas adalah saat kondisi itu si anak sedang mampu-mampunya menerima didikan dari orang tuanya. Setiap didikan yang diterimanya, akan mengakar kuat dalam hatinya. Jika pendidikan yang diberikan berkaitan dengan agama, maka secara berkesinambungan anak itu akan mengerti bahwa agama sangat penting dalam kehidupannya. Alasan lain adalah saat usia itu, mereka memang lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga keluarga. Sehingga pendidikan akhlak yang mereka terima dapat menjadi bekal, sebelum mereka bergaul dengan banyak orang di masyarakat.
Hal ini tentu akan memengaruhi cara berpikir anak hingga kelak ia dewasa. Biasanya anak akan melanggengkan kebiasaan yang diperoleh dari didikan orang tuanya. Dan di kemudian hari, nilai-nilai agama yang pernah ia terima juga akan diwariskan kepada anak cucunya.
Memang penting bagi orang tua untuk memberikan contoh perilaku yang baik terhadap anak, terutama dalam masalah beribadah. Sebab, ketika orang tua mampu memberikan contoh perilaku yang baik, kemungkinan nantinya si anak dapat pula menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi sesama.
Kemudian, ketika anak sudah berusia empat atau lima tahun dan mulai memasuki dunia sekolah, anak mulai mengenal lingkungan baru. Bergaul dengan teman-teman sebayanya atau dengan gurunya. Kemungkinan besar, anak belum mampu membedakan perkara yang bermanfaat atau tidak bermanfaat baginya. Sebab sifat anak dalam usia itu, masih cenderung meniru perilaku orang lain.
Dengan demikian, akhlak anak sangat dipengaruhi oleh didikan orang tuanya, guru maupun orang dewasa lainnya. Jadi, orang tua, guru dan orang dewasa lainnya harus benar-benar memerhatikan masalah pendidikan akhlak pada anak.
Dalam penanaman pendidikan akhlak, Al Qur’an sendiri telah menjelaskan sekaligus memberikan petunjuk kepada para pendidik, termasuk orang tua. Untuk memanfaatkan masa sosialisasi dalam lingkungan  keluarga, sebelum anak mulai bergaul dengan lingkungannya. Sebagaiman dalam firman Allah, QS. Luqman : 14
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ
Artinya :
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Ayat ini memberikan jawaban kepada anak mengapa ia harus menghormati kedua orang tuanya. Sehingga si anak mendapat kejelasan bagaimana susahnya orang tua dalam membesarkan mereka.
Selain keluarga sebagai sekolah pertama bagi anak-anak, pendidikan formal pun memiliki peranan penting dalam pendidikan akhlak seorang anak. Nyatanya, pendidikan formal saat ini, lebih banyak menggunakan kurikulum yang berbasis ilmu umum, sedang ilmu agama sangat sedikit sekali. Terkecuali bagi sekolah yang pada dasarnya bernafaskan Islam, semisal madrasah maupun pondok pesantren.
Jika kita teliti lebih lanjut, bukankah pendidikan akhlak menjadi pokok ajaran moral dalam Islam ? Sebagaimana Rasulullah SAW. pernah bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik” (HR. Al- Bukhari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar