“Belajar disaat kecil bagaikan mengukir diatas batu”
Begitulah peribahasa yang sering kita dengar sebagai penyemangat
para orang tua dalam mendidik putra-putrinya, saat usia mereka masih kecil. Ya,
masih kecil atau usia dini merupakan waktu emas untuk memberikan pendidikan
akhlak kepada mereka.
Diantara alasan mendidik anak saat usia emas adalah saat kondisi itu
si anak sedang mampu-mampunya menerima didikan dari orang tuanya. Setiap
didikan yang diterimanya, akan mengakar kuat dalam hatinya. Jika pendidikan
yang diberikan berkaitan dengan agama, maka secara berkesinambungan anak itu
akan mengerti bahwa agama sangat penting dalam kehidupannya. Alasan lain adalah
saat usia itu, mereka memang lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga
keluarga. Sehingga pendidikan akhlak yang mereka terima dapat menjadi bekal,
sebelum mereka bergaul dengan banyak orang di masyarakat.
Hal ini tentu akan memengaruhi cara berpikir anak hingga kelak ia
dewasa. Biasanya anak akan melanggengkan kebiasaan yang diperoleh dari
didikan orang tuanya. Dan di kemudian hari, nilai-nilai agama yang pernah ia
terima juga akan diwariskan kepada anak cucunya.
Memang penting bagi orang tua untuk memberikan contoh perilaku yang
baik terhadap anak, terutama dalam masalah beribadah. Sebab, ketika orang tua
mampu memberikan contoh perilaku yang baik, kemungkinan nantinya si anak dapat
pula menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi sesama.
Kemudian, ketika anak sudah berusia empat atau lima tahun dan mulai
memasuki dunia sekolah, anak mulai mengenal lingkungan baru. Bergaul dengan
teman-teman sebayanya atau dengan gurunya. Kemungkinan besar, anak belum mampu
membedakan perkara yang bermanfaat atau tidak bermanfaat baginya. Sebab sifat
anak dalam usia itu, masih cenderung meniru perilaku orang lain.
Dengan demikian, akhlak anak sangat dipengaruhi oleh didikan orang
tuanya, guru maupun orang dewasa lainnya. Jadi, orang tua, guru dan orang
dewasa lainnya harus benar-benar memerhatikan masalah pendidikan akhlak pada
anak.
Dalam penanaman pendidikan akhlak, Al Qur’an sendiri telah
menjelaskan sekaligus memberikan petunjuk kepada para pendidik, termasuk orang
tua. Untuk memanfaatkan masa sosialisasi dalam lingkungan keluarga, sebelum anak mulai bergaul dengan
lingkungannya. Sebagaiman dalam firman Allah, QS. Luqman : 14
وَوَصَّيْنَا
ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ
فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ
Artinya
:
Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Ayat ini memberikan jawaban kepada anak mengapa ia harus
menghormati kedua orang tuanya. Sehingga si anak mendapat kejelasan bagaimana susahnya
orang tua dalam membesarkan mereka.
Selain keluarga sebagai sekolah pertama bagi anak-anak, pendidikan
formal pun memiliki peranan penting dalam pendidikan akhlak seorang anak.
Nyatanya, pendidikan formal saat ini, lebih banyak menggunakan kurikulum yang
berbasis ilmu umum, sedang ilmu agama sangat sedikit sekali. Terkecuali bagi
sekolah yang pada dasarnya bernafaskan Islam, semisal madrasah maupun pondok
pesantren.
Jika kita teliti lebih lanjut, bukankah pendidikan akhlak menjadi
pokok ajaran moral dalam Islam ? Sebagaimana Rasulullah SAW. pernah bersabda,
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik” (HR. Al-
Bukhari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar