My biggest enemy is myself ...
Ya ... sadar, tidak sadar dan memang harus diakui bahwa musuh terbesar itu adalah diriku sendiri. Meskipun -sekali lagi- harus kuakui bahwa perang tersulit itu ya melawan diri sendiri. Melawan rasa malas, keegoisan, kesedihan, ketakutan dan keangkuhan. Tapi, aku yakin semua itu akan bisa kulalui ... Coz Allaah always for me :-)
Aku jadi teringat dengan firman-Nya bahwa Dia tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang berusaha untuk merubah nasibnya. Disitu, Allaah akan menjadi penentu terakhir tentang bagaimana nasib kita setelahnya. Apa akan mampu berdikari atau malah terjebak selamanya dalam emosi diri semata???
Berhari-hari bahkan berminggu-minggu ini, aku sedang tertatih melawan musuh terbesar dalam hidupku sendiri. Rasanya itu hloo ... nano-nano. Tidak percaya diri, malas, berontak, dan seabrek pemikiran-pemikiranku sendiri yang kadang malah bikin tambah pusiiinng -memikirkan sesuatu yang tidak seharusnya dipikirkan-.
Mahasemu.
Akhirnya aku berpikir, untuk segera keluar dari belenggu ini. Memulai menapaki hari, yang sesungguhnya syarat dengan perjuangan. Di usiaku yang sudah hampir kepala 2 di tahun 2016 ini, aku harus berpikir secara matang untuk bisa menang mutlak melawan diri sendiri. Menang dari rasa malas, pikiran-pikiran negatif dan sisi-sisi negatif lainnya yang seolah-olah menantiku untuk segera di-entaskan oleh diriku sendiri, tentunya. Meskipun, aku tahu untuk melakukan hal tersebut akan amat sangat susah sekali.
Ada banyak sekali daftar mimpi yang berserakan di kepalaku yang menuntut untuk segera diwujudkan. Ada banyak hal yang ingin aku lakukan. Namun, lagi-lagi, aku harus menimang dan menimbang sendiri langkah yang harus aku tempuh. Saat rencana-rencana sudah tersusun, aku harus memulai dengan mengalahkan diriku sendiri. Dan pada akhirnya aku menyimpulkan bahwa ini semua adalah masalah niat, niat yang teguh untuk mengentaskan diri dari ilusi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar