JellyPages.com

Sabtu, 19 Oktober 2013

Meracik syair cinta

Ketika penyair itu lembut mencipta kata
Bibirku mengatup
Kataku terbujur kaku, tak bergeming
Bagai suara
Aksaraku senyaring hening

Tatkala rona senja menyemburat
Rinduku menjulur runtut
Ke seluruh pelosok negeri zamrud
Terhadap ilusi selembut kabut

Duhai fajar
Cintaku mungkin setertib sang surya terbit
Memendarkan cahaya dari ujung langit
Membersit setiap pematang parit
Meluruh dalam syair cinta berbait

Sebab demikian
Melihat senyummu di senja yang mesra itu
Telah mampu membuatku semangat
Dari seorang Ibu Kartini

Sabtu, 05 Oktober 2013

Apalah Aku





Apalah aku ?


Seonggok jasad yang tak kuasa berharap padamu


Karena keindahanmu paling nyata diantara cahaya


Apalah aku ?


Selembar ruh yang tak berani


Untuk sungguh menari serupa darwis


Jika tarianmu lebih semampai dari tarian ombak


Apalah aku ?


Jika wangimu telah lebih dulu dihirup oleh selain aku

ESSAY-Nyantri Sambil Kuliah? Why not?




Banyak anggapan bahwa apa bisa santri mondok sambil kuliah? Bagaimana caranya membagi waktu antara kegiatan pondok dengan kuliah? Apa nanti tidak keteteran?
Asumsi seperti itu kerap kita temukan tidak hanya di lingkungan masyarakat bahkan di dalam lingkungan mahasiswa pun juga ada yang berasumsi seperti itu. Untuk menjawab pertanyaan tersebut memang perlu disuguhkan berbagai bukti. Aktivitas di kampus jika dikondisikan dengan dunia pesantren maka, tak ubahnya adalah suatu wujud nyata dari kuliah kerja nyata (KKN). Dikatakan demikian karena di dalam pondok setiap santri tidak hanya diajarkan materi agama tetapi juga bagaimana mereka bisa menerapkannya di dalam lingkungan pondok itu sendiri dan ketika mereka dimandatkan untuk terjun ke dalam dunia masyarakat, secara langsung. Yaitu bagi mereka yang sudah dianggap mumpuni.
Di universitas pun jika mahasiswanya sudah berada di tingkat akhir maka yang harus mereka persiapkan adalah praktik mengajar langsung (bagi mahasiswa pendidikan/tarbiyah), skripsi dan akhirnya diwisuda. Jika untuk mahasiswa yang sambil mondok, hal tersebut tetap bisa dilaksanakan. Mengingat bahwa pembelajaran di kampus berbatas sesuai waktu yang ia ambil. Misalkan ia mengambil kelas pagi maka siangnya ia sudah bisa kembali ke pondok untuk mengingkuti aktivitas di dalamnya. Sehingga dua tanggungan tersebut tetap bisa dilaksanakan tanpa adanya bentrok di antara keduanya.
Bagi seorang mahasiswa sekaligus mahasantri yang mengambil program Tahfidzul Qur’an, insya Allah ia tidak akan terbebani. Karena belum ditemukan bukti bahwa menghafal Al Qur’an bisa membuat orang stress. Justru dari kuliah sambil mondok tersebut akan didapatkan manfaat yang besar untuk dikemudian hari, mendapatkan ilmu umum sekaligus ilmu agama. Jika mengejar kebahagiaan dunia, maka hasilnya kita akan mendapat kebahagiaan di dunia saja. Tapi kalau kita mengejar akhirat, hasil terbaiknya kita akan mendapat dunia dan akhirat.