Kamu percaya mimpi ? Iya, mimpi itu bukan hanya untuk diratapi tetapi
kamu juga harus bangun dan merealisasikannya ! Kalau jatuh ya bangun lagi …
Namanya juga berjuang meraih mimpi, pasti ada saja aral yang melintang. Beda
dengan perjuangan meraih bantal, setelah dapat, kemudian tertidur lagi. Sebab,
mimpi selamanya hanya akan menjadi mimpi jika tidak diperjuangkan.
Aku, kamu dan mereka pastilah juga mempunyai mimpi. Aku bermimpi
menjadi salah satu peserta student exchange di Paris. Kamu bermimpi
menjadi seorang desain grafis terkenal. Mereka bermimpi ingin menjadi pemimpin
negara, kelak. That is no problem. Kamu tidak bersalah dengan
mimpi-mimpi besar itu. Dan setiap orang memiliki impian, meski dtidak
diutarakan. Kamu boleh saja menidurkan jasmanimu ketika malam tiba sebagai
bentuk memenui hak atas jasmani, tetapi mimpimu juga punya hak untuk
direalisasikan. Api mimpimu tak boleh tertidur apalagi perlahan redup.
Beberapa waktu yang lalu, saya bertemu dengan kejadian yang membuat
saya paham bahwa mimpi sekecil apapun itu perlu pengorbanan. “Waktu SMA, saya
berada di ambang batas untuk mempertaruhkan mimpi – mimpi saya. Apa akan
berakhir di sini atau saya nekad memperjuangkannya tanpa modal apapun selain
kepasrahan atas kehendak-Nya. Saat itu, saya apply banyak beasiswa, London,
Germany, Swedia, dan banyak lagi tapi belum ada yang dapat menyelamatkan saya
dari ambang batas ketakutan saya sendiri. Alhamdulillah, di tahun 2014, Tuhan
menitipkan kepada saya sebuah beasiswa Bidikmisi di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sebuah mimpi yang saya sendiri sempat lupa.” Begitulah
kiranya yang pernah dituliskan oleh Alfia Rochma dalam akun blognya. Dia kakak
kelas saya semasa di asrama MAN 1 Surakarta.
Ada lagi cerita dari teman sekamar waktu di asrama. Namanya Aini
Fauziah. Kuliah di jurusan peternakan UNS Solo. Lewat kegigihannya dalam memperjuangkan
mimpi bisa belajar ke luar negeri, awal tahun ini Allah mengizinkannya untuk
menjadi salah satu peserta student college exchange ke Korea Selatan.
Sebagai teman yang pernah hidup bersama bahkan sekamar selama 3 tahun, saya
tahu upaya apa saja yang sering ia lakukan untuk mewujudkan mimpi-mimpinya.
Aktif berbahasa Inggris, menulis vocab yang belum tahu artinya, menonton film
berbahasa Inggris, belajar dengan teman yang lebih mampu. “Intinya jangan malas
untuk ngomong dengan bahasa Inggris meskipun kita belum paham tenses.”
Ungkap Aini.
Dari cerita-cerita inspiratif tersebut, tidak mungkin lepas dari
tantangan. Di tengah perjalanan meraih mimpi, kamu pasti akan menemui sejuta
tantangan yang tidak akan pernah lelah untuk menjatuhkanmu. Namun, ingatlah
satu hal. Fokuslah pada mimpimu. Proses itu juga mengandung batu kerikil,
penghalang yang tidak kasat mata. Justru karena batu-batu kerikil itulah yang
seringkali menjatuhkan manusia dalam tumpukan kerikil yang kini telah berubah
menjadi tumpukan batu besar. Kerikil itu bisa saja datang dari hati kita yang
serong niatnya. Mereka sudah membuktikan. Jika mereka bisa, kamupun juga bisa.
Ketahuilah, dunia ini menawarkan begitu banyak kandungan racun. Berhati-hatilah
dan lindungi mimpimu dari sianida. Jangan sampai sianida membunuh mimpi besarmu
yang layak untuk diperjuangkan.
Dari segala upayamu untuk meraih mimpi, jangan lupa libatkan DIA
Sang Empunya Mimpi. Akan jadi seperti apa mimpimu jika tak kamu melibatkan DIA?
Apakah mimpimu sudah sesuai dengan DIA Sang Pemilik Semesta? Jika kamu bermimpi
menjadi bintang atau menjadi cahaya fajar yang bersinar terang, adakah cara
lain selain MENDEKAT kepada-Nya, Sang Pembuat Bintang dan Cahaya Fajar? Dekati
dan curi perhatiannya Sang Pelukis Pelangi itu.
Berlarilah sekuatmu, mintalah pada-Nya agar kaki-kaki kecilmu
dikuatkan untuk melangkah, untuk berlari meraih mimpi. Genggam do’a ayah bunda,
agar restu dan do’a mereka selalu membersamai langkahmu.
Annisa
El Muna
Salatiga,
12 Januari 2017
Ditulis
dengan bertemankan gemericik hujan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar