JellyPages.com

Minggu, 14 Februari 2016

“Valentine Day : So What ?”



Ditulis oleh : Annisa El Muna

Zaman sekarang, menjelang bulan Februari, para remaja yang mengaku beragama Islam hampir semua negara tak terkecuali Indonesia sudah mulai sibuk ikut-ikutan mempersiapkan perayaan Valentine yang disamarkan sebagai hari kasih sayang. Tengok saja di mall-mall perkotaan, seluruh interiornya didominasi hiasan pernak-pernik berwarna pink dan biru muda. Mulai dari pernak-pernik bantal yang berbentuk hati, rangkaian bunga, pita, boneka beruang sampai sepaket coklat lengkap dengan greeting card-nya. Peristiwa ini pastilah sangat disukai oleh anak-anak remaja. Meskipun, kebanyakan dari mereka sudah mengetahui bahwa perayaan Valentine Day tidak pernah diajarkan dalam Islam.
Padahal kita tahu, Valentine Day merupakan salah satu hari raya umat Kristiani yang syarat dengan doktrin-doktrin Kristennya. Namun nampaknya, para remaja kita tidak begitu mempedulikannya. Mereka cenderung abai dengan esensi dari Valentine Day. Dan diakui atau tidak, mereka termasuk menerima pandangan yang menyatakan bahwa “Yesus adalah anak Tuhan,”. Sesungguhnya, hal ini dalam Islam sudah termasuk perbuatan syirik. Na’udzubillah min dzalik!
Rasulullah SAW. bersabda dalam satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, “Barang siapa yang meniru perbuatan suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut,”.
Jika kita mau membaca sejarah perayaan Valentine Day, itu bermula dari kisah Santo Valentinus yang hidup pada masa kekaisaran Claudius II di Romawi Kuno yang meninggal pada tanggal 14 Februari 269 M. Untuk memperingati kematiannya, dibentuklah perayaan yang dinamakan “Valentine day”. Selidik punya selidik, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda lebih kuat di medan perang daripada orang yang menikah. Oleh karena itu, kaisar melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Namun, tindakan kaisar ini diam-diam mendapatkan pertentangan dari Santo Valentinus. Secara diam-diam pula, Santo Valentinus menikahkan para pemuda hingga ia tertangkap dan dijatuhi hukuman gantung oleh kaisar. Eksekusi lalu dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.
Lambat laun, ketika agama Kristen dan Katholik masuk ke Roma, tradisi paganisme –semacam upacara penyembahan berhala- di Roma diadopsi oleh mereka dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Hal itu dimaksudkan agar lebih dekat dengan ajaran mereka. Lalu pada tahun 469 M, Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini sebagai Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day. Sebagai seorang Muslim, coba tanyakan pada diri sendiri, pantaskah bersikap seperti itu? Pantaskah kita meniru ajaran yang tidak bersumber dari Islam?
Mari kita renungkan bersama firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Isra : 36
Ÿwur ß#ø)s? $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# uŽ|Çt7ø9$#ur yŠ#xsàÿø9$#ur @ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB ÇÌÏÈ
Artinya :
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Dari ayat diataskan, umat Islam sudah diwanti-wanti agar mampu mengetahui secara mendalam tentang apa-apa yang tidak bersumber dari ajaran Islam terlebih pada perayaan Valentine. Oleh karena itu, Islam sangat melarang kepercayaan yang mengekor pada kepercayaan lain yang disebut dengan Taqlid.
Dalam Islam, menngungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi ini memang baik tetapi tidak mengharuskan kita untuk berkiblat pada Valentine Day. Apapun alasannya, kita tidak boleh menerima kebudayaan asing yang dapat mengotori aqidah kita. Yang jelas, kasih sayang dalam Islam lebih luas maknanya dari itu semua. Jadi, masih mau ikut merayakan Valentine Day? J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar