Place : Base camp Mawar, Ungaran Mountain
Rabu, 17 Februari 2016
Minggu, 14 Februari 2016
“Valentine Day : So What ?”
Ditulis
oleh : Annisa El Muna
Zaman sekarang, menjelang bulan Februari, para remaja yang mengaku
beragama Islam hampir semua negara tak terkecuali Indonesia sudah mulai sibuk
ikut-ikutan mempersiapkan perayaan Valentine yang disamarkan sebagai hari kasih sayang. Tengok saja di mall-mall perkotaan, seluruh interiornya didominasi
hiasan pernak-pernik berwarna pink dan biru muda. Mulai dari pernak-pernik
bantal yang berbentuk hati, rangkaian bunga, pita, boneka beruang sampai
sepaket coklat lengkap dengan greeting card-nya. Peristiwa ini pastilah
sangat disukai oleh anak-anak remaja. Meskipun, kebanyakan dari mereka sudah
mengetahui bahwa perayaan Valentine Day tidak pernah diajarkan dalam
Islam.
Padahal kita tahu, Valentine Day merupakan salah satu hari
raya umat Kristiani yang syarat dengan doktrin-doktrin Kristennya. Namun
nampaknya, para remaja kita tidak begitu mempedulikannya. Mereka cenderung abai
dengan esensi dari Valentine Day. Dan diakui atau tidak, mereka termasuk
menerima pandangan yang menyatakan bahwa “Yesus adalah anak Tuhan,”.
Sesungguhnya, hal ini dalam Islam sudah termasuk perbuatan syirik. Na’udzubillah
min dzalik!
Rasulullah SAW. bersabda dalam satu haditsnya yang diriwayatkan
oleh Tirmidzi, “Barang siapa yang meniru perbuatan suatu kaum, maka ia termasuk
dari kaum tersebut,”.
Jika kita mau membaca sejarah perayaan Valentine Day, itu
bermula dari kisah Santo Valentinus yang hidup pada masa kekaisaran Claudius II
di Romawi Kuno yang meninggal pada tanggal 14 Februari 269 M. Untuk
memperingati kematiannya, dibentuklah perayaan yang dinamakan “Valentine
day”. Selidik punya selidik, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda
lebih kuat di medan perang daripada orang yang menikah. Oleh karena itu, kaisar
melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Namun, tindakan kaisar
ini diam-diam mendapatkan pertentangan dari Santo Valentinus. Secara diam-diam
pula, Santo Valentinus menikahkan para pemuda hingga ia tertangkap dan dijatuhi
hukuman gantung oleh kaisar. Eksekusi lalu dilakukan pada tanggal 14 Februari
269 M.
Lambat laun, ketika agama Kristen dan Katholik masuk ke Roma,
tradisi paganisme –semacam upacara penyembahan berhala- di Roma diadopsi oleh
mereka dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Hal itu dimaksudkan agar lebih
dekat dengan ajaran mereka. Lalu pada tahun 469 M, Paus Gelasius I menjadikan
upacara Romawi Kuno ini sebagai Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint
Valentine’s Day. Sebagai seorang Muslim, coba tanyakan pada diri sendiri,
pantaskah bersikap seperti itu? Pantaskah kita meniru ajaran yang tidak
bersumber dari Islam?
Mari kita renungkan bersama firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Isra :
36
wur ß#ø)s? $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# u|Çt7ø9$#ur y#xsàÿø9$#ur @ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB ÇÌÏÈ
Artinya :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
Dari ayat diataskan, umat Islam sudah
diwanti-wanti agar mampu mengetahui secara mendalam tentang apa-apa yang tidak
bersumber dari ajaran Islam terlebih pada perayaan Valentine. Oleh
karena itu, Islam sangat melarang kepercayaan yang mengekor pada kepercayaan
lain yang disebut dengan Taqlid.
Dalam Islam, menngungkapkan rasa kasih sayang
di persada bumi ini memang baik tetapi tidak mengharuskan kita untuk berkiblat pada
Valentine Day. Apapun alasannya, kita tidak boleh menerima kebudayaan
asing yang dapat mengotori aqidah kita. Yang jelas, kasih sayang dalam Islam
lebih luas maknanya dari itu semua. Jadi, masih mau ikut merayakan Valentine
Day? J
Langganan:
Postingan (Atom)