JellyPages.com

Jumat, 05 Desember 2014

Aforisma seorang aku

Aku tak paham dengan paragraf macam apa harus kumulai suatu baris untuk menyusun ulang kenangan tentangmu, yang kini hampir kabur, aku menemu kesulitan setiap kali hendak memulai menulis sejenis ''alenia'' untukmu. Sebab justru, ternyata lebih indah kuurai dengan cara memejamkan mata sambil menyebut namamu. Bagiku, yang demikian jauh lebih mendebarkan ketimbang cuma kata-kata.
Namun, kesadaran sebagai manusia bahwa seluruh yang silam perlahan akan pudar dari ingatan, maka inilah tanggungjawab seorang aku untuk menuangkan angan ke dalam tulisan, menjelmakan perenungan menjadi sebuah tulisan. Aku tahu bahwa tidak semua pernyataan harus diungkap melalui retorika, pun ketika kita berjarak namun cuma dengan aksara aku sanggup mengisahkan bagaimana degup jantungku selama ini.

^^^***
Jika menurutku bukti setiap kasih itu tidak semestinya diungkap dengan tutur laku nyata maka kata-kataku lalu menjelma menjadi seorang gadis pemalu untuk sekedar berhadapan dengan manik netramu. Malu-semalunya.Terlalu terang, sunyi tapi penuh khusyuk.
Jika aku bertanya apakah cinta kasihku layak untukmu? Itu juga hampir rmendekati retoris. Maka aku jawab sendiri saja, mencintaimu adalah kebutuhan, sebagaimana hidup perlu bernafas, tanpa di kehendaki pun akan berhembus dengan sendirinya. Seperti ketika tidur. Mengingatmu adalah upaya untuk melahirkan rindu, aku butuh rindu untuk hidup, itulah sebabnya, melupakanmu sesaat adalah kematian hakekat.

Hingga jauh sebelum tiba wayahmu, aksaraku sudah berjajar rapi, layaknya shaf persembahyangan, ia menjadi saksi bisu untuk jejamuan pada Celebration of Yuswa. 7, aku menamainya sajak 7. Special for you, tapi tidak untukkau baca, punten, sebab ia (aksara) dan aku terlalu malu, sekali lagi untuk berserah padamu.

Salatiga, 17 Agustus 2014

Selasa, 23 September 2014

KIDUNG CINTA BAPAK IBU-hadiahkan surga

Jika ditanya, seberapa luasnya samudera apakah mampu untuk menampung kasih sayang dari "Bapak dan Ibu" ? Jawabannya pasti : TIDAK. Sebab, kasihnya itu mutlak, murni, sepanjang masa, sejati. Tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, maupun perumpamaan wujud.
Allah, Sang Pemiliki ke-Maha-an, sudah barang tentu jika sifat-Nya akan termanifestasi kepada sesiapa ciptaan-Nya.
Maha Benar Allah Atas Segala Firman-Nya, bahwa bapak ibu adalah sosok yang tak kenal pamrih untuk menghidupi si buah hati. Apapun kebutuhan si buah hati, pasti akan diusahakan semaksimal mungkin. Satu cerita, mana mungkin orang tua akan tega apabila melihat si buah hati hanya gigit jari melihat ada temannya yang membeli jajan sedang ia sendiri, sepeserpun tak punya. Sebentar, jangan langsung menghardik orang tuanya atas kenapa mereka tidak lekas memberi uang jajan. Bukti nyata, ketika orang tua diminta uang oleh si buah hati, jika tidak ada ya tidak ada benar. Tetapi ingat, mereka berdua adalah pemilik cinta paling sejati. Segala keperluan positif si anak pasti akan diusahakan untuk dapat memenuhinya. Mungkin saja caranya adalah dengan me-legowo-kan si buah hati. Tidak sekarang, nak. Tetapi nanti, kalau bapak sudah ada uang pasti akan dibelikan.
Duh Allah, hadiahkan surga untuk mereka yang selalu memberi ketenangan ketika si buah hati merengek ...
Yang selalu tersenyum ketika getir telah merasuki kehidupan ...
Duhai para anak ...
Air liur seorang ibu saja telah dianugerahkan keberkahan oleh Allah, seperti untuk menyembuhakan sakit mata si buah hati. Maka dengan alasan apa kita hendak membangkang atas perintahnya?
Jika dengan peluh hasil kerja seorang bapak kita dapat tercukupi kebutuhannya, maka dengan alasan apa kita hendak membangkang atas perintahnya?
Jika kasihnya tulus sebenar-benar tulus, maka dengan alasan apa kita hendak membentak mereka ?
Pandailah berterima kasih atas segala usaha tulus mereka untuk menghidupi kita ...
Dan bersyukurlah, kita masih memiliki mereka ...

Duhai pemilik cinta palinng sejati... bapak ... ibu ...
Saksikan bahwa kami bisa menjadi sebaik-baik insan tanpa menandingi posisi penting Muhammad ibn 'Abdillah disisi Allah ...

Hadiahkan surga untuk kedua orang tua kami, Ya Rabbana ...
Hadiahkan surga ...
Hadiahkan surga ...

PPTI AL FALAH SALATIGA
20-09-2014

Rabu, 23 April 2014

Cup, Hentikan Tangismu

O, adikku
Coba lihatlah mentari senja
Yang memberikan senyum manja
Pada tiap netra yang menatapnya

Maka senja ini
Bulir air matamu terlalu mahal untuk menetes
Terlalu mahal menggenang disudut mata
Terlalu mahal untuk mengalir deras
Terlalu mahal untuk menyandang ratap

Ketahuilah
Satu tetes yang tercipta dari mata indahmu
Telah mampu menyayat jiwaku
Lebih dari samurai yang menghunus jiwaku
Rasanya sungguh tiada terperi

Cup, sudah ...
Ini baru mula
Jalanmu masih membentang
Ini baru mula dari segala mula
Maka, jangan menyerah, gamang
Bersemangatlah
Untuk Bapak, Ibu dan Aku

Kamis, 27 Februari 2014

Ayah, Sang Pemilik Cinta

Andai ada kata melebihi terima kasih
Akan aku sampaikan semuanya, untukmu
Sebab hadirmu yang selalu berarti

Hatimu setegar tubuh gunung
Menghalau keluh atas setiap peluh
Mengasihi tanpa kenal kata lelah

Wajahmu sedingin kutub
Menahan gejolak anakmu
dengan pandang teduh
Pun menyelamatkan dari jurang keputusasaan

Duhai Ayah ...
Sementara kau beradu dengan waktu
Demi sesuap nasi

Aku bebaskan diriku mengembara
dalam perenungan
Mungkin adakalanya 
penat merasuk dalam bayang lamat
Lalu kau melawan gemruduk keringat

Ya, sebab itu
Cintamu menitah rasa paling tamam
Meski menempat jagat tak kekal
Cintamu tetap nyala sampai moksa